Selasa, 01 Juni 2010

Cream Perawatan Wajah


Herbal Whitening Cream Bebas Mercury & Hidroquinon
Kegunaan Melembabkan, memutihkan, dan mencerahkan kulit wajah. Membantu menyamarkan noda hitam. Mencegah timbulnya jerawat. Menyamarkan garis halus dan memperlambat tanda-tanda penuaan dini. Mengecilkan pori-pori. Hamamelis Virginiana L: tumbuhan perdu yang biji-bijinya dapat menghaluskan kulit dan kandungan zatnya dapat menyembuhkan peradangan.
Ganoderma Lucidum: sejenis keluarga jamur; sering disebut sebagai Raja Jamur, jamur Lingzhi yang dikenal sebagai nutrisi terbaik untuk memperbaharui sel-sel di dalam tubuh dan dapat mencegah penuaan dini.
Malaleuca Alternafiola Extrace: tumbuhan yang menyerupai ganggang atau rumput ini adalah tumbuhan yang sangat efektif untuk menggantikan sel-sel kulit mati.
Mineral Oil: pelembab alami yang membantu melembutkan dan melenturkan kulit, juga sebagai zat yang membuat kulit fresh sepanjang hari.
Satu Paket Terdiri Dari Tiga Produk:
Satu cream malam.
Satu cream siang.
Satu sabun pembersih muka.
Tersedia dalam 2 pilihan :
1. 35 Tahun, Cover Cream hijau
2. 35 Tahun, Cover Cream pink
Catatan Penting:
Ini adalah hasil racikan dokter yang dijual secara direct selling.
Sudah diteliti oleh Universitas Gadjah Mada bahwa produk ini BEBAS MERKURY.
Sudah banyak yang membuktikan hasilnya, memang nyata!
Anda tertarik menjadi agen? Dapatkan harga spesial!
Pemesanan bisa melalui:
- telf/sms ke 085715126928 (Sofi),
085730028697 (Asih)
08151665671 (Kintoko),

- email : shofiaasry@yahoo.co.id

Selasa, 10 November 2009

Tundukanlah Pandanganmu!

Di penghujung zaman yang semakin sepi ini, perangkap-perangkap setan kian canggih dan modern. Ujian dan godaan para pengikut shirothol mustaqiim kian mengepung. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Harta, tahta dan wanita adalah godaan yang mengggiurkan itu. Mungkin banyak diantara orang-orang sholeh atau para penggerak dakwah tidak bergeming dengan jebakan harta dan kekuasaan akan tetapi bisa jadi mereka tidak tahan dan akhirnya tergelincir dengan provokasi keindahan wanita atau pun sebaliknya. Maka bersyukurlah kaum Adam yang bisa lolos dari tiga jenis godaan yang mematikan ini.

Setan dalam menggoda manusia memiliki berbagai macam strategi, dan yang sering dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun bis su’). Setan tahu persis kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan Allah, termasuk memandangi lawan jenis yang bukan muhrimnya hingga menimbulkan syahwat.

Secara naluri, fitrah manusia memang menyukai keindahan dan memandanginya dengan penuh takjub. Tetapi disinilah peluang fitnahnya. Seperti dalam kisah keindahan rupa Nabi Yusuf as. Yang mampu menghipnotis para wanita istana kala itu. Karena tak tahan, Zulaiha sang permaisuri kerajaan membuat konspirasi untuk menjebak Nabi Yusuf agar mau berzina. Satu sisi, ketampanan dan kecantikan rupa adalah anugerah yang harus di syukuri, tapi di sisi lain bisa menjadi pintu syaitan untuk mengelabui manusia supaya terjerumus ke kubang kemaksiatan.

Menurut informasi jumlah populasi wanita di dunia ini lebih banyak di banding dengan pria. Konon kabarnya 10:1. Artinya 1 pria diperebutkan 10 wanita. Fenomena ini tentunya, mau tidak mau menimbulkan polemik. Senada dengan itu, Rasulullah Saw. bersabda, “Engkau akan melihat seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh wanita, yang tak lain hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya jumlah wanita”. (HR. Bukhari).

Banyaknya jumlah populasi wanita dan dibarengi tingkah-polahnya yang mengundang mata kaum pria untuk melotot. Hal inilah yang menjadikan kaum laki-laki harus juang ekstra keras, melawan hawa nafsu dan bisikan setan yang berseliweran. Apalagi seperti di Kota Jakarta ini masih banyak sekali wanita yang tidak menutup aurat.

Seperti yang dirasakan pemuda tetangga saya, setiap kali melangkahkan kaki ke luar rumah, di dalam angkutan umum, di bis kota, di pinggiran jalan dan di tempat umum lainnya secara sengaja atau tidak sengaja (terpaksa) melihat aurat wanita. Para wanita ini tanpa merasa bersalah bergentayangan di tempat umum dengan model pakaian serba mini. “Apakah itu tidak menjadi fitnah bagi kaum laki-laki,” keluhnya kepadaku.

Saya juga pernah mengalami keresahan sang pemuda tetangga saya itu, jika saya berjalan di tempat umum, sudut pandang mata saya selalu menemukan para ’mahluk lembut’ dengan model pakaian serba mini dan super ketat. Sedang saya tidak mungkin berjalan dengan terus menerus menundukkan kepala saya. Beruntung, saya mempunyai istri tangguh, yang selalu memberikan warning jika temanya berhubungan dengan mahluk yang bernama wanita. Yang tak bosan memberikan nasehat agar saya tidak tergelincir dalam perangkap setan. “Jangan jadi laki-laki genit, ghodul bashar lah suamiku,“ kata sang istri mengingatkan.

Pernah suatu ketika, saya meminjam buku dari seorang teman perempuan yang bertemakan ghoswul fikri karya Adian Husaini. Hati kecil saya hanya berniat meminjam buku itu, karena sudah lama saya ingin membaca buku itu tapi belum kesampaian membeli. Saat sang istri tahu bahwa saya pinjam dari seorang teman perempuan, sang istri meradang, setelah seharian perang dingin, barulah mengungkapkan alasannya mengapa dia marah besar. Karena dengan meminjam buku pada lawan jenis adalah salah satu perangkap pintu setan. “Sekarang pinjam buku, besok mendiskusikan buku setelah itu akan berbuat yang lebih jauh lagi!,“ ungkapnya penuh khawatir.

Ia mengatakan istilah persahabatan itu bisa berkonotasi adanya hubungan yang lebih jauh dari sekedar berinteraksi. Istilah persahabatan dengan lawan jenis lebih dekat kepada apa yang dikatakan oleh orang sebagai “teman tetapi mesra”. “Karena itu hendaklah memperhatikan rambu-rambu syariat dalam bergaul wahai suamiku,“ serunya.

Aku pun tertegun dengan argumentasi sang istri, dan memaksa kepala saya untuk manggut-manggut tanda setuju. Walau teman yang meminjamkan buku itu adalah wanita yang sopan, baik akhlak dan pakaiannya. Akan tetapi jika keseringan interaksi dan tidak bisa menahan pandangan. Maka seperti yang di khawatirkan sang istri, panah setan itu akan menancap ke ulu hati dan akhirnya akan berujung pada “hubungan tanpa status“. Sebuah kekhawatiran yang wajar.

Memang benar, rekayasa setan itu bisa datang dari mana saja. Apalagi di zaman yang penuh fitnah ini dimana para wanita dengan berani dan bebas mengumbar auratnya di tempat umum, dan ikhtilat dengan lawan jenis pun tak bisa terhindarkan. Bahkan di dunia maya interaksi yang berlebihan dengan lawan jenis dalam situs jejaring sosial bisa menimbulkan fitnah dan sudah memakan korban, rusaknya hubungan rumah tangga karena sang istri atau suami berselingkuh dengan teman lawan jenisnya itu situs jejaring itu.

Dari sinilah keimanan kita di uji. Mampukah kita melawan tiga jenis godaan itu?. Khusus untuk ujian dan godaan jenis wanita, saya akan selalu ingat-ingat pesan istri, “Tundukkanlah pandanganmu wahai suamiku!.“***

Sucipto
http://target-j08.blogspot.com

Perubahan Dahsyat

"Saya ingin berubah. Saya ingin sukses di dunia dan di akhirat. Saya ingin berubah, saya ingin kembali ke jalan Allah Swt. Saya ingin bertobat dengan sebenarnya. Saya ingin menjadi seorang hamba Allah yang dicintai-Nya. Saya ingin jadi seorang anak yang berbakti. Saya ingin menghabiskan sisa umur saya untuk beribadah, dakwah, dan mengabdi pada Islam dan kaum muslimin. Saya ingin habiskan sisa waktu saya di Mesir untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dengan mendatangi kuliah, majlis-majlis ilmu, membaca buku, menghafal al-Qur`an, hadits-hadits, bergaul erat dengan masyaikh."

"Saya ingin berubah, mau tunggu sampai kapan lagi, saya tidak tahu kapan dan dimana saya akan mati. Saya ingin berubah. Saya telah tertinggal jauh dari teman-teman saya."

"Saya yakin, sebenarnya saya bisa sukses, saya bisa meraih cumlaude. Saya bisa hafal al-Qur`an, menguasai bahasa arab dan berbagai ilmu agama. Saya harus berjuang keras melawan bisikan-bisikan hawa nafsu dan godaan-godaan setan. Itulah musuh yang sesungguhnya. Yang setiap saat, siang dan malam berusaha menjauhkan saya dari Allah Swt., dari amal soleh, dan berusaha menjadikan saya tertipu dan memandang indah perbuatan nista, jahat, dan kotor."

Itulah rangkaian kalimat yang diproklamirkan Hanif-nama samaran-, seorang sahabat dekat saya satu tahun yang lalu. Dan kalimat-kalimat itu ia tempelkan di dinding kamarnya, agar ia selalu melihat dan mengingatnya. Api semangat telah membakar jiwanya. ‘Baju’ kelalaian telah ia lepas paksa dari dirinya dan seketika baju itu ia ‘bakar’ dan buang ke ‘tempat sampah’.

Dua faktor yang menjadi penyebab perubahan Hanif adalah; pertama, kematian Ayah yang sangat dicintainya. Kedua, nilainya anjlok. Dua hal ini sangat membuat hati Hanif terpukul keras. Kematian ayah yang sangat dicintainya membuat hatinya seolah hancur berkeping dan harapannya seakan sirna. Hidupnya seakan tak lagi punya pegangan. Begitu juga dengan anjoloknya nilainya, ia seolah tak percaya, dirinya yang dulu selalu berkilau di puncak prestasi, kini tersungkur dalam 'kubangan' kegagalan.

Hanif anak pertama, ia adalah tulung punggung keluarga. Lima orang adik-adiknya masih dalam usia sekolah. Tak ada lagi yang lebih bisa diharapkan oleh Ibunya saat ini, kecuali dirinya. Kematian ayahnya telah menyadarkan dirinya yang selama ini telah tertidur panjang dan pulas di atas ranjang kelalaian.

“Bukan saatnya lagi untuk bersantai. Bukan waktunya memenuhi keinginan nafsu. Tugas dan kewajiban lebih banyak dari waktu yang dimiliki”, kata-kata itu tertempel di meja belajar Hanif.

Dan sejak saat itu Hanif berubah. Ia kembali bersemangat sebagaimana semangat yang pernah hidup dalam dirinya. Ia telah kembali menjadi Hanif yang dulu, yang dikenal rajin, taat, dan cerdas. Setelah sekian tahun terhanyut dalam arus kesia-siaan.

Tidak hanya kata-kata, tapi ia telah berubah total. Ia rajin hadir ke kuliah, duduk di bangku paling depan, dan aktif bertanya. Disamping itu, ia tidak menyia-nyiakan waktu sepulang kuliah untuk menimba ilmu dari para Syekh al-Azhar dalam forum-forum talaqi di mesjid al-Azhar dan di berbagai mesjid yang tersebar di seantero kota Kairo, sehingga hal itu terkadang membuatnya harus pulang larut malam.

Singkat kata, selama satu tahun itu saya tidak menemukan Hanif kecuali pada tiga tempat; di mesjid, di rumahnya dan di majlis ilmu. Di mesjid saya temukan dia sedang khusyuk dalam shalat atau sedang sujud panjang, atau sedang menghafal al-Qur`an. Di majlis ilmu ia duduk paling depan, konsentrasi penuh mendengarkan kata-kata yang keluar dari Syekh yang sedang mengajar. Dan di rumah, ia selalu sibuk membaca atau menghafal buku di perpustakaan pribadinya, atau mendengar kaset ceramah.

Saya terharu mengenang cerita Hanif, bagaimana ia harus menjual barang-barangnya untuk bisa membeli buku-buku diktat kuliah, untuk transportasi ke kuliah, dan bayar uang sewa rumah.

Satu tahun kemudian, hasil ujian diumumkan dan Hanif ternyata berhasil lulus dengan nilai cumlaude. Ia lulus dengan Husnul Khotimah. Saya berdecak kagum dan turut berbahagia dengan karunia yang ia peroleh. Air mata saya tak terasa mengalir terharu mengenang perjuangannya selama ini. “Laka ma sa`aita ya akhi Hanif, engkau telah meraih apa yang engkau perjuangkan dengan sungguh-sunggu Hanif”, batin saya berbicara.

Tak hanya prestasi. Dalam waktu satu tahun ia telah selesai menghafal al-Qur`an 30 juz, menghafal ratusan hadits, ratusan bait matan ilmiyah, membaca tuntas beberapa buku tafsir, hadits, fiqh, sirah, aqidah, dan lain-lainnya.

* * *

Hanif telah bersungguh-sungguh dengan tekadnya. Ia telah tobat nasuha. Tobat yang mengantarkan Hanif pada perubahan dahsyat dalam hidupnya. Ia sangat yakin apabila azam telah tertancap dengan jujur dalam diri, jalan terang menuju keberhasilan terbuka lebar.

Sepenggal kisah semangat Hanif untuk sukses patut kita ambil pelajaran. Bahwa untuk sukses tidak hanya cukup otak yang cerdas. Tapi yang lebih besar mempengaruhi kesuksesan seseorang adalah semangat yang membaja dan azam yang kuat.

Ya, hanya orang yang selalu bersemangat yang akan sanggup bangkit dari kejatuhan. Hanya orang yang penuh semangat yang akan bisa menaklukan puncak prestasi. Hanya orang yang penuh semangat yang akan mengalahkan segala rintangan dan halangan. Dan hanya orang yang jujur dengan Allah Swt-lah yang senantiasa mendapat pertolongan dari-Nya.

Saya yakin, kita semua bisa mengikuti jalan Hanif atau mengunggulinya dalam kesuksesan, tentunya kalau kita bersungguh-sungguh. Semoga bisa menjadi pemacu semangat kita, terutama diri penulis pribadi, amin.

NB : Kisah ini terinspirasi dari perubahan dahsyat yang telah dilakukan oleh seorang saudaraku fillah. Terima kasih akhi, atas perubahan yang telah engkau lakukan dalam hidupmu, banyak orang telah termotivasi olehmu, dan diantaranya diriku. Semoga semangat dan kesungguhan yang engkau miliki juga mengalir ke dalam diriku, dan aku pun dapat mengikutimu menuju puncak kesuksesan, amin.

Salam dari Kairo

marif_assalman@yahoo.com

Minggu, 08 November 2009

Ingin Naik Haji Nabung Dulu Yuk !

Penulis : Nurudin

Sore kemarin, pulang kerja aku tidak langsung ke rumah. Aku mampir dulu ke pasar yang tak jauh dari rumah untuk membeli celengan plastik, pesanan Sabila, putri semata wayangku. Dia memang hanya minta dibelikan satu buah celengan plastik untuk mengganti celengannya yang sudah dibuka kemarin, tapi aku membelikannya tiga buah celengan. Aku memiliki rencana khusus untuknya.

“Banyak amat celengannya, Bi, buat siapa saja?” dia heran ketika kuberikan tiga buah celengan warna-warni itu kepadanya. Sesuai dugaan, dia pasti heran mengapa aku membelikannya tiga buah celengan, padahal dia hanya butuh satu.

“Buat Bila semua,“ jawabku mantap.

Putriku mengamati celengan plastik warna hijau, merah, dan kuning itu satu persatu. Bentuknya sama, sebuah gentong berukuran sedang.

“Yang satu untuk celengan kebutuhan sekolahmu, satu untuk kebutuhan kalau kita pulang kampung, dan yang satunya lagi untuk celengan naik haji,“ aku menjelaskan maksudku.

Dia kaget.

“Celengan naik haji? Kapan kita bisa naik haji, sampai celengan ini penuh juga belum cukup, Bi!” dia tidak percaya dengan rencanaku yang satu ini. Aku hanya tersenyum, aku sudah menduga kalau dia akan protes.

Siapa orang muslim yang tidak ingin menyempurnakan Islamnya dengan menunaikan ibadah Haji? Bahkan seorang fakir miskin pun, selama iman masih tertanam dalam dada, pasti menginginkan dan mendambakannya. Hanya saja, ibadah haji memanglah berbeda dengan ibadah lainnya. Tidak cukup hanya beragama Islam, tapi juga harus memiliki kemampuan, baik kesehatan maupun biaya, untuk perjalanan dan untuk keluarga yang ditinggalkan.

Awali sebuah ibadah dengan niat, maka ibadahmu akan diterima dan Allah akan memberikan kemudahan bagimu. Sejauh ini, menunaikan ibadah haji adalah keinginan terbesar kami, meski masih dalam jangka panjang. Namun niat itu sudah kami tanamkan sejak dini kepada putri kami.

Niat untuk sebuah ibadah ataupun kebaikan, meski belum dijalankan memanglah sudah dicatat malaikat sebagai sebuah amalan. Namun menjadi sempurna ketika dijalankan sesuai dengan aturan. Banyak di antara kita, yang kadang terjebak dan berhenti hanya sampai batas niat. Tak ada usaha untuk mewujudkannya, termasuk dalam hal pergi haji. Sering kita berniat, tapi tidak melakukan apa-apa. Kita tidak memiliki harta yang cukup, tapi kita tidak juga menabung jauh-jauh hari. Kita terkadang terlalu percaya diri, menyerahkan kepada Allah tanpa usaha terlebih dahulu. Kita tahu, untuk menunaikan ibadah haji, kita memerlukan biaya yang cukup besar, tapi kita tidak memilikinya dan tidak pula menabungnya.

Kami tidak ingin niat kami menunaikan ibadah haji menjadi sebuah keinginan kosong belaka. Bukan tidak yakin dengan kemurahan Allah, tapi terus terang, kami tidak percaya diri jika hanya menyerahkan begitu saja pada Allah sementara kami tak melakukan usaha apa-apa. Dari situlah kemudian aku mulai menanamkan kemauan menabung kepada putri kami. Memang, masuk akal jika kemudian dia meragukan apakah isi celengan kecilnya itu cukup untuk naik haji, harus sampai kapan dia mengisinya, apalagi sisa uang sakunya tidak seberapa jumlahnya. Bukan cukup tidaknya atau kapan waktunya sampai celengan itu mencukupi, tapi paling tidak dengan menabung sejak dini, kita sudah berada beberapa langkah di depan dibanding mereka yang baru sebatas berniat tanpa melakukan apapun untuk mewujudkannya.

Alhamdulillah, putri semata wayangku bisa memahami maksudku. Yang kulihat kemudian dia mengambil kertas, pulpen, dan lem. Dipotongnya kertas itu menjadi tiga bagian kecil, ditulisnya ‘sekolah’, ‘pulang kampung’, dan ‘haji’ pada masing-masing kertas dan menempelkannya padi tiga celengan di depannya. Aku tersenyum lega melihat dia melakukannya dengan semangat.

Ya Allah, dengan kekayaanMu, kemurahanMu, dan kuasaMu, izinkan kami ziarah ke Mekkah-Madinah, bersujud di depan Kabah dan bersimpuh di Arafah. Mudahkanlah perkara kami, lancarkanlah urusan kami, dan perbanyak serta berkahilah rizki kami agar kami bisa mewujudkan harapan dan keinginan kami menunaikan ibadah haji. Amin, amin ya Allah ya rabbal 'alamin.

Tetap Kokoh dengan Satu Kaki

Mushola Baiturrohiim adalah mushola kebanggaan kami, warga RW 06, tampat ‘favorit’ kedua setelah rumah kontrakanku. Jika sebagian tetanggaku melewati sore hari dengan menonton televisi atau berkumpul di teras rumah salah seorang tetangga hingga menjelang malam, maka aku lebih memilih berkumpul dengan saudara-saudaraku yang ada di mushola Baiturrahim ini.

Hampir setiap hari, selesai sholat Maghrib kami tidak langsung pulang ke rumah. Kami berkumpul untuk mengaji Al Quran. Selebihnya jika masih ada waktu, kami biasa saling berbagi cerita hingga waktu sholat Isya tiba.

Saudara-saudaraku ini adalah mereka para jamaah mushola yang tinggal di sekitar mushola. Mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda, ada yang dari Jawa, Sumatra namun sebagian besar adalah penduduk asli Tangerang. Umur mereka sebagian besar jauh diatasku, hanya beberapa yang seumuran denganku.

Dari jamaah musholla banyak sekali aku mendapat pelajaran berharga, yang memberiku semangat, inspirasi dan nasihat bijak dalam menjalani kehidupan. Juga pelajaran yang menggugah keimanan dan memberiku semangat untuk beribadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Misalnya dari pak Didi, melalui rumus 90 langkahnya menuju musholla setiap pagi menjelang shubuh sebelum jamaah lainnya datang dalam kondisinya yang gelap gulita karena pengliatannya yang sudah tak berfungsi, menyadarkanku betapa besar nikmat yang Allah berikan melalui penglihatanku.

Juga dari pak Nana ( bukan nama sebenarnya ), banyak hal yang bisa aku jadikan untuk mengukur diri, seberapa besar rasa syukur yang sudah aku wujudkan, bukan sekedar syukur dalam lisan. Dan mengukur seberapa jauh ketekunanku beribadah, menjalankan segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya.

Pak Nana, lelaki kelahiran Bogor ini dimataku adalah jamah yang istimewa. Lelaki berumur 50 tahun ini berbeda dengan jamaah lainnya, beliau kini hanya memiliki satu kaki setelah kecelakaan lalu lintas memaksanya merelakan kaki kirinya di amputasi hingga batas lutut. Sungguh, bukan untuk membeberkan kekurangan fisik beliau, tapi justru dari situlah aku mendapat kekuatan dan semangat untuk lebih tegar menghadapi hidup dan berusaha lebih tekun beribadah dengan kondisiku yang alhamdulillah lebih beruntung dibanding dengannya.

Pak Nana adalah karyawan sebuah perusahaan produsen obat nyamuk, tak jauh dari tempat tinggal kami. Sampai saat ini sudah hampir 30 tahun beliau bekerja di sana. Dulu, sebelum tragedi kecelakaan menimpanya, beliau adalah kenek mobil box yang bertugas menemani sang sopir mengantar hasil produksi ke berbagai kota. Sebuah kecelakaan di jalan tol telah merenggut kaki kirinya, 22 tahun lalu ketika beliau masih lajang.

Diantara duka dan laranya, pak Nana muda ini melewati hari-harinya dengan penuh kepasrahan dan keikhlasan. Selain memberikan santunan, pihak perusahaan juga masih memperbolehkan pak Nana bekerja meski kondisinya berbeda dengan karyawan lainnya, sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya.

Adalah kebesaran Allah SWT, meski cacat, meski berbeda dengan lainnya, pak Nana muda ini akhirnya dipertemukan jodohnya dengan seorang gadis asal Pandegelang. Sang istri menerima pak Nana dan keadaan fisiknya dengan penuh keikhlasan. Mereka kini sudah dianugerahi empat orang anak, kesemuanya laki-laki. Mereka tinggal di rumah kontrakan yang sebagian mereka gunakan sebagai warung kecil-kecilan untuk menambah penghasilan pak Nana yang boleh dibilang tidaklah besar, cukup untuk menghidupi istri dan keempat anaknya secara sederhana.

Pak Nana adalah sosok lelaki tangguh, begitulah beliau dimataku. Beliau adalah lelaki yang penyayang, penuh tanggung jawab juga seorang hamba yang taat beribadah. Kegigihannya menghidupi keluarga beliau tunjukan dengan tetap bekerja meskipun kemana-mana beliau harus dibantu dengan penopang kayunya. Sebagai sesama jamaah musholla, aku tahu persis ketekunan beribadah beliau.

Satu yang selalu membuatku kagum, hingga menjadikan satu kekuatan yang mendorongku untuk berbuat lebih giat dalam beribadah, adalah ketika setiap kali aku melihat pak Nana mendatangi musholla dengan berjalan tertatih, dibantu penopang kayunya. Kemudian dengan kegigihannya, kulihat beliau berusaha untuk menyempurnakan wudhunya. Bukan perkara mudah untuk beliau bisa membasuh kakinya yang kini tinggal sebelah. Tapi beliau tak pernah menyerah, beliau punya cara sendiri untuk membasuh kakinya dengan bantuan penopang kayunya. Subhanallah, aku selalu berdecak kagum, terharu setiap melihat beliau berwudhu. Meski repot, meski harus bersiap jika terpeleset di lantai yang licin, namun beliu tak pernah menyerah, baginya adalah yang penting bisa sholat, bermunajat kepada Allah dalam keadaan suci.

Tak berhenti rasa haru ini, rasa kagum ini, aku semakin takjub setiap kali melihat pak Nana memasuki mushola dengan cara meloncat-loncat diatas satu kakinya. Bukannya tak ada jamaah yang peduli,tapi beliau lebih senang jika tak merepotkan orang lain. Tanpa bantuan penopang kayunya lagi, beliau memasuki mushola dengan lincah dan tak khawatir terpeleset. Subhanallah, hatiku selalu terharu melihat ini, meskipun ini bukan yang pertama kali, mungkin ratusan bahkan ribuan kali. Dan ketika sampai didalam musholla, pak Nana selalu sholat dengan berdiri, diatas satu kakinya. Subhanallah. Meski kondisinya memberikan keringanan bagi beliau untuk sholat dengan duduk, namun beliau tidak mau menjadi cengeng. Dengan kokoh beliau sholat diatas kaki kanannya. Subhanallah, hati yang mana yang tak tersentuh melihat seperti ini. Begitulah yang kulihat, dan juga jamaah lainnya, sebuah pelajaran berharga kami dapatkan deri pak Nana yang mungkin ia sendiri tak menyadarinya.

Sungguh, kami tiada mencela pak Nana dengan keterbatasannya, bagaimanapun kondisi yang kini beliau hadapi adalah kehendak Allah SWT. Justru kami merasa mendapatkan pelajaran berharga, pelajaran tentang keteguhan hati seorang yang memiliki kekurangan fisik serta ketekunannya beribadah dengan segala keterbatasan fisik yang ada padanya.

Pak Nana, maaf jika aku menulis ini dan berbagi dengan yang lain, sungguh tiada niat hati untuk merendahkanmu, justru aku ingin orang lain mengambil hikmah dan pelajaran darimu tentang nilai keikhlasan yang engkau tunjukan, juga ketekunan beribadah yang engkau jalankan.

Senin, 02 November 2009

Ibadah dan Kesalehan Insani

Paling tidak ada dua kesalehan yang dibangun dan ditumbuh kembangkan melalui ibadah-ibadah yang disyariatkan ajaran Islam, seperti shalat, zakat, puasa dan ibadah haji.

Paling tidak ada dua kesalehan yang dibangun dan ditumbuh kembangkan melalui ibadah-ibadah yang disyariatkan ajaran Islam, seperti shalat, zakat, puasa dan ibadah haji. Kesalehan individual dan sosial. Secara individu orang yang beribadah dilatih menjadi orang yang taat beragama, jujur, amanah dan bertanggung jawab.

Jujur dan amanah adalah dua sifat utama yang akan menghantarkan seseorang atau suatu bangsa pada keberhasilan dan kesuksesan yang hakiki. Nabi Yusuf AS berhasil menghantarkan masyarakat Mesir pada kesejahteraan dan kemakmuran, karena beliau dan timnya memiliki sifat amanah dan menjaga serta memiliki profesionalitas yang tinggi (QS. Yusuf [12] ayat 55).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ. {يوسف: 55}.
“Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." (QS. Yusuf [12]: 55).

Dalam sebuah hadits riwayat imam ad-Daelamy, Rasulullah SAW mengatakan bahwa sifat amanah itu akan mengundang rizki, sebaliknya sifat khianat itu akan mengundang kefakiran.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Sifat amanah dan jujur itu akan menarik rizki, sedangkan khianat itu akan menarik (mengakibatkan) kefakiran.” (HR. Dailamiy).

Disamping secara pribadi harus jujur, orang yang beriman pun diperintahkan membangun suasana dan lingkungan yang penuh dengan kejujuran (QS. At-Taubah [9] ayat 119).


قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيـــُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِيْنَ. {التوبة: 119}.
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah [9]: 119).

Bangsa dan Negara kita sekarang ini sangat membutuhkan para pemimpin, para pegawai dan anggota masyarakat yang memiliki kejujuran yang tangguh, disamping profesionalitas yang tinggi, untuk bisa membawa bangsa ini keluar dari krisis yang sangat kompleks dan berat.

Kesalehan sosial, yang dibangun melalui ibadah-ibadah yang disyariatkan, antara lain peduli, empati dan simpati, serta bersedia menolong orang lain yang sedang mendapatkan kesulitan, seperti yang terjadi sekarang ini. Disamping banyaknya orang miskin yang membutuhkan pertolongan, juga banyak orang yang menderita karena mendapatkan musibah, seperti gempa bumi di beberapa daerah di Jawa Barat dan Sumatera Barat, yang telah mengakibatkan korban harta dan jiwa yang cukup banyak.

Rasulullah SAW menyatakan dalam sebuah hadits, bahwa Allah SWT akan menolong hamba-Nya selama hamba itu mau menolong sesamanya. Barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang sedang mendapatkan kesulitan, maka Allah SWT akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat nanti.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba tersebut mau menolong sesama saudaranya ...”. (HR. Ibnu Majjah).

Mari kita jadikan semangat beribadah ini, untuk penguatan kesalehan individual dan kesalehan sosial, agar kehidupan kita menjadi lebih baik dan lebih bermakna dalam pandangan Allah SWT maupun dalam pandangan manusia.
Wallahu A'lam bi Ash-Shawab.

*Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc.
- Guru Besar Ilmu Agama Islam Institut Pertanian Bogor (IPB)
- Direktur Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor
Jl. KH. Soleh Iskandar Km.2 Kedung Badak Tanah Sareal Bogor 16164
Telp. 0251-8335335 Faks. 0251-8373765
- Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Jl. Raya Kebon Sirih No. 57 Jakarta Pusat
Telp. 021-3919583 Faks. 021-3913777